Kamis, 10 Desember 2015

Cita rasa khas kopi pa'ladingan

Senin (07/12/2015) seperti biasa rutinitas keseharianku di lokasi kerja sebagai sarjana pendamping desa program desa bangkit sejahtera (DBS) yayasan kalla desa pa'ladingan kecamatan bontolempangan kabupaten gowa provinsi sulawesi selatan... desa ini merupakan salah satu dari 11 desa dampingan oleh Comdev Yayasan Kalla tahun 2015/2016 dan salah satu desa damping dari 2 desa yang ada di kabupaten gowa... 

Setelah shalat subuh seperti biasanya... rasa dingin khas pa'ladingan yang begitu terasa Menusuk dinding epidermis kulit seakan memaksaku tuk kembali berbaring di ranjang yang sudah setengah tahun saya tempati.... 

Ketika berbaring sambil main hp... kadang ketiduran lagi dan bangun pas ada pesan masuk atau telpon dari teman dan keluarga... 

Selang beberapa jam tepatnya pukul 08.00 saya bangkit dan memberanikan diri untuk mandi... maklum suhu dinginnya air pa'ladingan hampir mencapai suhu beku air heheeee... padahal matahari mulai menampakkan sinarnya di pagi hari....

Setelah mandi seperti biasa pasti udah di buatkan segelas teh oleh ibu dusun... thanks tehnya ibu dusun pa'ladingan (gumanku dalam hati)...

Setelah berpakaian rapi layaknya petani desa sini... saya kembali menuju demplot... 

Tiba di lokasi demplot baru ingat kalau semua hasil panen bawang merah kami telah saya bawa ke rumah pak sabir...pak sabir ini adalah petani atau tenaga kerja lokal yang sering membantu kami mengurus demplot selama saya tidak ada (off)...dan selalu bekerja bersama kami...saya salut sama beliau karena beliau total membantu kami..gak kenal waktu pula kalau memang di butuhkan bantuannya...


Kemudian setelah mondar mandir cari sesuatu di demplot yang gak saya temui juga, saya menuju rumah pak sabir... tiba di depan rumahnya saya di sambut oleh pak sabir dan keluarga... battu kemaiki kata pak sabir... lalu saya jawab battu ri demplot pak...ribangngia tena ku mange ri ballata untuk mengurus bawang merah karena dingin sekali q rasa...

Lalu saya dan pak sabir menuju ruang tamu rumahnya yang letaknya di lantai dua...maklum masih rumah panggung.... tempat dimana bawang kami di jemur (dalam bahasa gowanya di passannarang) ...baru beberapa menit saya memilah bawang yang sempurna dan tidak eh istri pak sabir telah membuatkan minuman dan segera mempersilahkan saya untuk meminumnya... dari jauh terlihat warna. Minuman itu... hitam...apalagi kalau bukan kopi khas pa'ladingan.. lalu saya katakan sebentar dulu bu...

Tidak lama kemudian pak sabir mengambil minuman itu di lengkapi pengalasnya ke dekatku... karena tidak enak telah di persilahkan berulang kali... makanya saya langsung meminumnya... sungguh nikmat terasa kopi ini melewati kerongkonganku... dengan takaran yang pas antara kopi asli pa'ladingan dan gula pasir membuat kopi ini begitu nikmat terasa... di banding kopi biasa yang saya minum khususnya yang biasa saya beli di supermaket atau warung-warung... kopi ini beda... semakin banyak kita minum malah semakin membuat kita ngantuk... beda dengan yang biasa... kalau kopi biasa.. yg sudah tidak asli alias banyak campurannya malah buat kita semakin susah tidur... mungkin ini hanya analisa saya yang maklum belum mendalami tentang kopi... tetapi semenjak tinggal di pa'ladingan sebagai sarjana pendamping.... di sini saya mulai menyukai kopi... kopi asli itu lebih nikmat di banding kopi yang telah beredar di pasaran bahkan telah di promosikan di media televisi sekalipun... 

Kopi khas pa'ladingan ini ada 2 macam lho... yaitu robusta dan arabica... 

Robusta tumbuhnya di sekitar rumah warga kira-kira di ketinggian 800-1000 m dpl sedangkan arabica tumbuhnya di hutan di kaki gunung lompo battang.. dengan ketinggian 1200-1300 m dpl...dari segi postur pohon kopi robusta tinggi sementara pohon kopi arabica pendek... kalau di bandingkan malasah harga robusta itu murah di banding dengan arabica... robusta sekitaran Rp. 17.000-20.000 sedangkan arabica 2 kali lipatnya berkisar antara Rp. 35.000-40.000 tapi kebanyakan kopi yang biasa di konsumsi masyarakat di sini adalah kopi robusta karena katanya lebih harum dan lebih terasa aromanya sedangkan kopi arabica di jual kepada pembeli yang datang dari berbagai daerah...


Itu sedikit bercerita tentang kopi khas pa'ladingan... pukul 12:30 kemudian keluarga ini membuatkan lagi kopi khas pa'ladingan di lengkapi pasangannya.. apalagi kalau bukan rokok-rokok unti begithu bahasa gowanya... alhamdulillah dapat lagi rejeki... 
Setelah menuntaskan pemilahan bawang merah tadi... dan menghabiskan minuman kopi khas tadi saya pamit pulang ke posko karena belum shalat dhuhur serta Seakan bumi tertutup matanya pertanda hari akan hujan seperti hari-hari sebelumnya di sertai suara gemuru yang berkejar-kejaran ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Friend's Blog